Tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa memprediksi kapan penyakit kritis akan menyerang kesehatan mereka. Risiko terserang penyakit-penyakit itupun tentu akan tetap ada, dan bisa datang kapan pun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa, di tahun 2019 ada 10 besar penyebab kematian terbesar di dunia. Pertama adalah adalah iskemia jantung, stroke, diikuti pula dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Selain itu, WHO juga mencatat sebanyak 17,9 juta orang di dunia ini tutup usia karena penyakit kardiovaskuler di 2016. Sebanyak ¾ dari total jumlah orang yang meninggal tersebut ada di negara dalam dengan status ekonomi miskin dan menengah.
Beberapa penyakit kardiovaskuler yang mungkin pernah Anda dengar adalah jantung koroner, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, dan lainnya.
Bukan hanya gaya hidup sehat yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk menghadapi penyakit kritis ini, melainkan juga proteksi akan aset dan kekayaan.
Perawatan akan penyakit kritis tidak lah murah. Sementara itu, biaya kesehatan di Indonesia memang luar biasa mahal. Belum lagi, kenaikan biaya kesehatan di Indonesia menurut survei Wilis Towers Watson secara gross berkisar antara 9,97% per tahun.
Wilis Towers Watson juga memprediksikan kenaikan biaya medis yang mencapai 12% di Indonesia pada tahun 2021.
Memiliki jaminan kesehatan berupa Asuransi kesehatan tentu akan menjadi solusi. Namun tidak semua Asuransi kesehatan dan Asuransi jiwa memiliki manfaat perlindungan terhadap penyakit kritis.
Seberapa pentingkah perlindungan penyakit kritis bagi kita?
Asuransi kritis terdiri dari dua jenis, yaitu Asuransi penyakit kritis murni, dan satu lagi berbentuk rider (Asuransi tambahan).
Ketika Asuransi penyakit kritis berbentuk rider, nasabah harus terlebih dahulu tergabung dalam polis Asuransi kesehatan atau jiwa, sebelum akhirnya membeli polis tambahan penyakit kritis tersebut.
Pada prinsipnya, Asuransi penyakit kritis akan memberikan santunan berupa uang tunai saat nasabah terdiagnosis salah satu dari beberapa jenis penyakit kritis yang ditanggung oleh polis.
Sebaliknya, apabila seorang tidak memiliki proteksi ini maka biaya pengobatan dan lain sebagainya saat terkena penyakit kritis akan ditanggung pribadi. Hal itulah yang akan membuat seseorang terpaksa menggunakan tabungan atau dana darurat untuk membayar biaya ini.
Ketika tabungan dan dana darurat yang dimiliki tidak cukup menanggung biaya pengobatan dan perawatan penyakit kritis, maka cara lain untuk mendapatkan dana adalah dengan menjual aset.
Beberapa contoh aset yang umum dimiliki misalnya properti (tempat tinggal), kendaraan, gadget, perhiasan, maupun aset investasi seperti surat berharga (saham, obligasi, sukuk, dsb) serta logam mulia.
Ingatlah bahwasannya aset investasi yang kita miliki tentu sangat berarti untuk masa depan. Jangan biarkan aset-aset itu hilang karena Anda tidak memiliki proteksi terhadap penyakit kritis ini.
Baca Juga: Cara Investasi Bagi Anak Muda dalam 5 Langkah Mudah
Tak hanya tabungan dan aset yang hilang, seorang pun bisa saja memupuk utang dalam jumlah besar ketika dirinya tak memiliki proteksi dan tak mampu membayar biaya pengobatan penyakit ini.
Ketika seseorang harus berutang, maka dia akan memiliki pengeluaran pasif yang harus dibayar setiap bulan atau tahun.
Semakin besar utang yang dimiliki seseorang maka semakin kecil pula nilai kekayaan bersih mereka. Terutama bila utang tersebut adalah utang konsumtif, bukan utang produktif yang ditujukan untuk memperluas usaha atau membeli aset investasi.
Milikilah proteksi ini selagi muda, karena potensi terserangnya penyakit ini akan tetap ada meski seorang masih berada dalam usia produktif. Semakin muda usia, makin murah pula premi Asuransi yang harus dibayarkan.
Selain itu, bijaklah pula terhadap pemilihan manfaat perlindungan Asuransi. Pilih yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial kita. Makin lengkap proteksi yang kita miliki, tentu akan makin optimal melindungi diri dari berbagai risiko finansial; termasuk saat menghadapi penyakit kritis.
Itulah hal-hal yang perlu diketahui seputar Asuransi penyakit kritis. Di saat badan sehat, kita mungkin tidak akan merasa bahwa proteksi terhadap penyakit kritis merupakan hal yang penting. Namun seperti halnya penyakit yang jika ditunda penanganannya bisa berakibat fatal, maka untuk proteksi pun prinsipnya the sooner the better.
Jangan tunggu sampai penyakit kritis melanda dan menjadi beban bagi finansial kita. Miliki Asuransi penyakit kritis sekarang juga!
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Tentang Manulife
Manulife Indonesia melayani lebih dari 2,5 juta nasabah di Indonesia