Istilah impulsive buying atau belanja impulsif belakangan sering muncul dalam pembahasan mengenai perencanaan keuangan. Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan impulsive buying?
Berbeda dari perilaku konsumtif yang berarti mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, impulsive buying atau belanja impulsif artinya belanja berdasarkan keinginan sesaat dan tanpa pikir panjang. Jika Anda melihat sebuah barang sedang diskon setengah harga dan langsung membeli walau tidak membutuhkannya, maka Anda melakukan impulsive buying.
Riset dari The Trade Desk pada tahun 2021 menunjukkan 64% orang Indonesia yang terbiasa berbelanja online beberapa kali dalam seminggu sebenarnya mengaku sebagai pembeli yang berencana. Namun, pada musim belanja online, sebagian besar pembeli berencana ini berubah menjadi pembeli impulsif, di mana 42% di antaranya mengakui berbelanja lebih banyak pada saat musim diskon.
Ada banyak faktor pendorong untuk berbelanja impulsif. Riset juga menunjukkan bahwa 48% orang yang rutin berbelanja online menemukan promo dan informasi diskon dari iklan yang tayang di platform over-the-top (OTT). Bahkan kegiatan menonton film atau serial pun bisa menjadi faktor pendorong baru untuk berbelanja.
Faktor eksternal yang bisa memengaruhi Anda untuk berbelanja, antara lain:
Selain itu, ada juga faktor internal yang mendorong Anda untuk berbelanja, seperti:
Pemahaman yang rasional dan literasi keuangan yang cukup akan membentengi Anda dari berbagai godaan keinginan. Begitu memahami pentingnya kondisi finansial yang sehat, Anda akan berpikir dua kali sebelum memasukkan barang ke keranjang belanja. Ketika Anda bisa memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan, Anda tak akan terpengaruh dengan kemasan menarik, rayuan influencer, bahkan diskon besar-besaran sekalipun.
Salah satu kunci untuk mencegah belanja impulsif adalah perencanaan keuangan yang matang. Buatlah anggaran yang memprioritaskan hal-hal esensial dan ikuti rencana tersebut dengan disiplin sehingga sulit untuk melakukan impulsive buying. Membuat anggaran untuk alokasi harian, mingguan, hingga tahunan juga membantu Anda bisa melacak pengeluaran dan mengevaluasi keuangan secara berkala.
Selain itu, pisahkan budget berdasarkan Kebutuhan dan Keinginan. Kebutuhan harus menjadi prioritas karena akan mengganggu kehidupan Anda jika tidak dipenuhi. Tanamkan bahwa kebiasaan impulsive berkedok ‘self-reward’ dapat menyusahkan diri sendiri.
Baik impulsive buying ataupun perilaku konsumtif bisa terjadi pada siapa saja bahkan tanpa disadari. Umumnya seseorang baru menyadari dirinya telah melakukan banyak pembelian berdasarkan keinginan ketika keuangan mulai terganggu dan kesulitan memenuhi kebutuhan utama.
Dampak finansial dari impulsive buying dan perilaku konsumtif bisa menyebabkan terhambatnya aliran kas dan utang konsumtif. Jika terjadi risiko pada Anda dalam kondisi ini, beban finansial yang harus Anda tanggung juga akan sangat berat.
Alokasikan pendapatan Anda untuk dana darurat dan asuransi yang dapat melindungi finansial Anda saat risiko kehidupan terjadi. Kebutuhan Anda saat ini dan di masa depan perlu diutamakan untuk memelihara kesejahteraan.
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Tentang Manulife
Manulife Indonesia melayani sekitar 2 juta nasabah di Indonesia