Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi virus Corona ini akan berakhir. Ketidakpastian ini membuat semua orang wajib berhati-hati, terutama dalam mengelola keuangannya. Mengapa? Karena hal-hal yang tidak baik bisa saja terjadi lagi di depan kita, mulai dari usaha yang bangkrut, PHK, maupun pemotongan gaji.
Lantas, bagaimana cara mengatur keuangan di masa pandemi ini?
Ketersediaan uang tunai atau tabungan, sangatlah penting di era pandemi. Karena banyak sekali risiko atau peristiwa tak terduga yang berpotensi kita alami.
Dana darurat akan berguna ketika kita kehilangan penghasilan akibat PHK dan lainnya. Dana darurat diukur dari berapa besar pengeluaranmu, besaran dana darurat setiap orang berbeda-beda.
Sediakanlah dana darurat setidaknya enam kali pengeluaran rutin bulanan. Namun khusus bagi yang sudah berumah tangga atau memiliki bisnis, tidaklah salah untuk mengalokasikan 12 kali pengeluaran bulanan mengingat banyaknya pengeluaran tak terduga.
Masih ingat peristiwa panic buying di Maret 2020 lalu? Atau peristiwa panic selling yang menyebabkan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
Segala hal yang berbau panik akan menyebabkan kerugian. Panic buying membuat seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dalam jangka waktu singkat. Sementara itu panic selling akan menggerus modal investasi seseorang yang sudah dikumpulkan dalam jangka waktu lama.
Catat baik-baik segala kebutuhan bulananmu dan belanjalah seperlunya. Menimbun barang tentu tidak menjadi solusi.
Jangan biarkan pengeluaran bulananmu melebihi pemasukan. Jika hal ini terus-menerus dibiarkan, maka aset lancar berupa tabungan, kas, dan setara kas akan terus tergerus seiring dengan berjalannya waktu.
Baca Juga: Bagaimana Menghadapi Resesi di Masa Pandemi
Tidak semua risiko bisa diatasi dengan dana darurat utamanya, seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Bagaimana jika kita mengalami kecelakaan, terserang penyakit kritis, meninggal dunia di saat kita masih produktif. Pandemi COVID-19 justru akan semakin menambah risiko yang ada, karena itu lindungilah keuangan Anda dari risiko-risiko ini dengan cara memiliki asuransi yang tepat.
Baca Juga: Mana Perlu Didahulukan Antara Beli Asuransi Jiwa atau Beli Asuransi Kesehatan?
Tinjau ulang potensi-potensi risiko yang mungkin saja kita alami. Pilihlah asuransi yang memiliki manfaat perlindungan yang sesuai.
Asuransi jiwa tentu menjadi prioritas bagi seorang pencari nafkah utama dalam keluarga. Karena apabila dia meninggal dunia, Uang Pertanggungan (UP) yang diberikan perusahaan asuransi akan sangat bermanfaat untuk biaya hidup keluarga yang ditinggal, juga untuk membayar pajak bea balik nama dari aset-aset yang diwariskan.
Pertimbangkan pula untuk memiliki Asuransi kesehatan untuk mengantisipasi risiko biaya medis yang terus naik.
Survei dari Mercer and Marsh Benefits 2019 menyebutkan bahwa tren kenaikan biaya medis di Indonesia mencapai 11% setiap tahunnya. Itu tandanya, kenaikan biaya medis telah melampaui inflasi tahunan yang sejak tahun 2015 berada di level 3% menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Meski Pandemi ini terlihat sangat menakutkan, tapi ingatlah bahwasannya pandemi virus Corona ini akan berlalu. Jangan biarkan peristiwa ini merusak tujuan jangka panjangmu. Ketika dana darurat dan kebutuhan proteksi sudah terpenuhi dengan baik, maka ada baiknya bagi kita untuk memperhatikan tujuan-tujuan jangka panjang kita. Sebut saja seperti kebutuhan untuk dana pensiun.
Mengandalkan Jaminan Hari Tua atau Jaminan Pensiun BPJS sebagai dana pensiun tentu tidak akan cukup. Itu sebabnya, seseorang sangat disarankan untuk memiliki beberapa tabungan hari tua. Sebut saja seperti dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang iurannya bisa mengurangi pajak, atau dengan menggunakan asuransi yang memiliki fitur investasi sekaligus proteksi di hari tua.
Baca Juga: 6 Langkah Siapkan Tabungan Hari Tua untuk Pensiun Sejahtera
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan keuangan di masa pandemi.
Menurut survei dari McKinsey & Company yang dipublikasikan pada Juli 2020, masyarakat Indonesia cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di masa pandemi ini ketimbang sebelumnya.
Oleh karena itu, hemat bisa menjadi kunci sukses kita dalam menghadapi ketidakpastian ini. Namun perlu diketahui bahwa hemat tentu berbeda dengan pelit.
Si hemat, membelanjakan uangnya sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Namun si pelit cenderung menahan konsumsi tanpa tujuan yang jelas karena takut kehilangan uang, tapi tanpa disadari kualitas hidupnya pun menurun.
Jadilah si hemat yang bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan.
Di masa yang penuh ketidakpastian ini, keamanan finansial tentu harus menjadi prioritas kita semua. Pastikanlah bahwa kebutuhan proteksi sudah terpenuhi, dengan memiliki asuransi dari Manulife Indonesia.
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Kami akan segera merespon pesan Bapak/Ibu pada jam operasional kami.
Error:
Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Kunjungi laman menarik lainnya:
Tentang Manulife
Manulife Indonesia melayani sekitar 2 juta nasabah di Indonesia